Sejauh
ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme.
Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati
perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan
oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis
dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain
tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini
banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah
dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa,
ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter
ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan /
training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa
autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru
melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan
diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada
kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang
secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil
pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari
kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai
kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat
terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku,
gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang
lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul
secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk
membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang
akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan
terapi yang tepat
dikutip: http://puterakembara.org/archives8/00000005.shtml
No comments:
Post a Comment