MAKALAH
TUNANETRA
PEMBELAJARAN
BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik
Anak Dengan Gangguan Penglihatan yang diampu oleh Sugini,
S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
ARDIN CAHYO SAPUTRO
NIM : K5112009
PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ...................................................................................... i
PENGANTAR
................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................. iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Tujuan .................................................................................................. 2
C.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses Pembelajaran............................................................................. 3
B.
Media / Alat Bantu Pembelajaran......................................................... 5
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR
PUSATAKA................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak
dengan gangguan penglihatan atau biasa disebut anak tunanetra adalah individu
yang indera penglihatannya (kedua – duanya) tidak bergfungsi sebagai
sebagaimana saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari – hari seperti
halnya orang awas (Sutjihati Somantri, 1996).
Dalam
perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas
kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan
tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih
tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar
siswa.
Terdapat
beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
Tetapi
sekarang banyak Anak Tunanetra yang tidak mendapat pelayanan
pendidikan yang kurang tepat dan bahkan mereka tidak diterima di sekolah yang
inklusi atau sekolah umum dengan alasan tidak bisa memberikan layanan
pendidikan dan tidak bisa memberikan fasilitas yang memadai untuk anak
tunanetra. Anak tunanetra seharusnya mendapat media dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan anak.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka perlu adanya penilaian secara berkala mengenai
pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus terutama tunanetra, termasuk di
dalamnya memahami kebutuhan siswa tunanetra. Oleh karena itu, untuk lebih
lengkapnya akan penulis bahas dalam materi pembahasan di bawah ini dengan judul
“PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah :
1. Bagaimana perbandingan metode pembelajaran Anak Tunanetra
dengan pembelajaran di SLB YKAB Surakarta?
2. Bagaimana perbandingan media/alat pembelajaran Anak Tunanetra dengan pembelajaran di
SLB YKAB Surakarta?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk memenuhi tugas makalah individu mata kuliah
Ortopedagogik Anak dengan Gangguan Penglihatan.
2. Untuk mengetahui
metode dan media pembelajaran anak dengan gangguan penglihatan.
3. Untuk mengetahui perbandingan antara metode dan media
pembelajaran dalam teori dan pada kenyataan di lapangan.
4. Memberikan
referensi bagi mahasiswa Pendidikan Luar Biasa berkaitan dengan proses
pembelajaran dan media atau alat bantu yang dapat digunakan anak dengan
gangguan penglihatan atau tunanetra dalam pencapaian prestasi pendidikan yang
optimal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Pembelajaran
Metode-metode
pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu, sehingga variasi metode pengajaran bertambah. Pada
dasarnya metode yang digunakan untuk siswa tunanetra hampir sama dengan siswa
normal, hanya yang membedakan ialah adanya beberapa modifikasi dalam
pelaksanaannya, sehingga para tunanetra mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
yang bisa mereka ikuti dengan pendengaran ataupun perabaan. Di bawah ini, ada
beberapa metode yang dapat di laksanakan dengan menggunakan fungsi pendengaran
dan perabaan, tanpa harus menggunakan penglihatan.
Rafik (http://rafikgadogado.wordpress.com/2011/09/18/media-pembelajaran-bagi-tunanetra-2/
, 2011) yaitu menerapkan beberapa metode pengajaran atau metode pembelajaran
secara seperti berikut :
1.
Metode Ceramah, ialah cara penyampaian
sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak
ramai dengan jumlah siswa lebih dari satu atau dalam kelas reguler.
2.
Metode Tanya – Jawab, ialah penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau suatu
metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab
tentang materi yang ingin diperolehnya.
3.
Metode
diskusi adalah salah satu alternatif metode yang dapat dipakai oleh seorang
guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat
para siswa.
4.
Metode Sorogan, dengan adanya bimbingan
langsung dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung
sejauhmana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pelajaran.
5.
Metode Bandongan, dengan cara semua
siswa mengahadap guru, kemudian guru membacakan dan menerangkan materi
pelajaran, sementara siswa mendengarkan dan mencoba memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru.
6.
Metode Drill atau latihan adalah suatu
metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus
menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.
Metode-metode tersebut sesuai
dengan
kenyataannya di SLB YKAB Surakarta disana guru-guru dalam memberikan
pembelajaran menggunakan metode-metode tersebut. Pada saat pembelajaran IPS
guru menggunakan metode drill,
awalnya guru
menerangkan materi yang terkait dengan peta dan globe misalnya daratan dan
lautan. Guru menjelaskan pengertian dan anak disuruh mengeksplore sendiri
dengan meraba permukaan peta timbul, tetapi guru tidak bertanya kepada murid
sebagai evaluasi pembelajaran sehingga guru tidak mengerti konsep apa yang
sudah dipahami anak dan konsep apa yang belum dipahami anak. Hal ini karena
guru hanya menjelaskan dan menggunakan metode ceramah yang terlalu banyak. Ada juga guru di SLB
YKAB Surakarta mengajar menggunakan metode Sorogan dan Tanya jawab hal ini
dibuktikan dengan guru menyampaikan secara langsung materi pelajaran kepada
siswa dan guru mengadakan evaluasi berupa tanya – jawab dengan siswa berkaitan
denagn materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga guru dapat mengetahui
langsung sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi
pelajaran yang disampaikan.
B.
Media
/ Alat Bantu Pembelajaran
Selain
menerapkan berbagai metode pengajaran dan penciptaan suasana pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan dan efektif, guru di SLB YKAB Surakarta juga menggunakan
media atau alat bantu pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran. Media
atau alat bantu pelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi pelajaran
yang disampaikan.
Menurut
Surakhmad (1986 :75), bahwa metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang akan dicapai John D. Latuheru (1988 :
14) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah semua
alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru
maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga
belajar). Selanjutnya Suharsimi Arikunto (1987 : 16) mengemukakan bahwa media
adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar
mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas serta efisiensi dalam mencapai
tujuan pendidikan seoptimal mungkin.
Pemilihan
media pembelajaran juga harus memperhatikan kondisi siswa sebagai subjek
pembelajaran. Pemilihan media belajar harus disesuaikan dengan kondisi
siswanya. Misalnya ketika
menggunakan media peta timbul yang digunakan siswa untuk mengenal konsep ruang
yang dijelaskan dalam pelajaran sejarah, dimungkinkan siswa akan mengalami
kesulitan memahami pelajaran sejarah tersebut melalui cerita. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan daya konsentrasi dan ketertarikan siswa tersebut.
Pada saat siswa tunanetra meraba peta timbul dan menerima sensasi raba, siswa
diharapkan akan lebih memahami pelajaran yang diberikan, karena mereka telah
mengalami perabaan pada media tersebut. Pengalaman tersebut akan lebih mudah
tersimpan dalam memori siswa tunanetra. Sehingga
dengan media peta timbul ini akan meningkatkan ketertarikan siswa pada
pelajarannya. Lebih jauh lagi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu
pula dengan pelajaran lainnya, diharapkan guru bisa memilih media yang tepat
untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Kesesuaian media pembelajaran dan
materi pelajaran diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya penggunaan beberapa media pembelajaran IPS
yang sudah tepat dilakukan oleh guru di SLB YKAB misalnya dapat
memudahkan pemahaman siswa dalam mengabstraksi materi pembelajaran yang
disampaikan. Seperti yang dicontohkan pada praktik proses pembelajaran di YKAB pada
siswa kelas III Sekolah Dasar YKAB Surakarta dengan materi pelajaran “Permukaan
Bumi”, contoh media: Teks atau buku pelajaran IPS tentang “Permukaan Bumi”, Globe
biasa, Globe timbul, Peta timbul (adanya keterangan yang ditulis dengan huruf
Braille)
Berdasarkan
teori maupun yang ada dilapangan, media yang digunakan untuk Anak Tuna Netra
lebih spesifik atau lebih mengutamakan media yang bisa mereka raba guna
menyamakan persepsi mereka. Jadi, proses pembelajaran di SLB YKAB Surakarta
telah menerapkan teori proses pembelajaran baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyandang
cacat dalam hal ini tunanetra memiliki kebutuhan khusus dalam segi
pendidikanya. Kita tidak dapat menyamakan mereka yang memiliki kebutuhan khusus
dengan mereka yang normal. Materi yang diajarkan mungkin sama, namun media dan
proses yang harus disesuaikan dengan situasi kondisi mereka yang memiliki
kebutuhan khusus.
Berdasarkan teori
dan media/alat pembelajaran sesuai dengan kenyataan di
lapangan yaitu di SLB YKAB Surakarta bahwa metode-metode dan media pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilaksanakan di SLB tersebut. Media pembelajaran yang
digunakan juga sudah cukup efektif bagi pembelajaran anak Tunanetra. Misalanya media pembelajaran memudahkan siswa dalam memahami dan
menanamkan konsep materi pembelajaran kepada siswa tunanetra.
DAFTAR PUSTAKA