suatu yang tidak akan saya bisa hidup seperti sampai saat ini, selalu terinspirasi oleh pengalaman

Wednesday 25 September 2013

makalah PENYEBAB KETUNALARASAN

 MAKALAH TUNALARAS
PENYEBAB KETUNALARASAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku yang diampu oleh Drs. Hermawan, M.Si

                                                                                                                        













Disusun oleh :
ARDIN CAHYO SAPUTRO
NIM : K5112009


PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2013










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL  .............................................................................................................  i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................  1
A. Latar Belakang ........................................................................................................  1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................  1
C. Tujuan .....................................................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................  2
A. Penyebab pandangan umum.................................................................................... 2
B.  Menurut pendapat ahli............................................................................................ 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................  6
A.    Kesimpulan............................................................................................................ 6
B.     Saran...................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka .........................................................................................................................  7










BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Penyimpangan perilaku adalah tingkah laku yang dimiliki seseorang dimana sikap yang ia miliki tidak sewajarnya atau pun berbeda pada mestinya. Seperti kita ketahui, Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Dalam pengklasifikasian penyebab penyimpangan prilaku (ketunalarasan) para ahli sampai saat ini belum ada keseragaman.                                                    
 Sehingga ada yang mengelompokkan menjadi dua factor penyebab utama yaitu factor internal dan external. Dan ada juga yang mengelompokkan menjadi tiga, seperti oleh Kauffman (1985). Klasifikasi dibuat oleh Kauffman (1985), menurut Kauffman penyebab ketunalarasan dibagi menjadi tiga, yaitu factor keluarga, factor biologis, dan factor sekolah.
 Dalam makalah ini menjelaskan  penyebab utama ketunalarasan yaitu factor internal dan factor eksternal, serta penyebab ketunalarasan menurut Kauffman.

B.   Rumusan masalah
-          Apa saja faktor-faktor penyebab ketunalarasan?
-          Apa saja yang mempengaruhi ketunalarasan?

C.   Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ortopedagogik Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui factor – factor yang menyebabkan seseorang mengalami ketunalarasan.

BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Penyebab Ketunalarasan
A.     Penyebab Pandangan Umum
Klasifikasi yang umum digunakan dilingkungan pendidikan departemen social, kepolisisn maupun kehakiman yaitu memandang penyebab ketunalarasan dari factor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu factor penyebab yang berasal dari diri individu (anak). Seperti kondisi: inteligensi/kecerdasan, fifik , fisiologis, jenis kelamin, usia/umur, dan kondisi emosi.
a. Intelegensi
Anak yang memiliki kecerdasan si bawah rata-rata kurang memahami nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya, kurang memahami aturan dan petujuk, sehingga sering berprilaku menyimpang.
b. Kondisi Fisik
Kelengkapan jasmani/fisik merupakan hal penting untuk melakukan aktifitas hidup. Untuk menutupi kekurangan/kelemahan tersebut cenderung memiliki sikap dan prilaku yang tidak diharapkan, berprilaku negatif ( berprilaku konpensasi) dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dan menutupi kekurangan pada dirinya. Misalkan mudah tersinggung, marah, curiga pada orang lain,mengganggu orang lain, dan sebagainya.
c. Jenis kelamin
Hal ini kemungkinan dua sebab, yaitu karena factor fisiologis, sikap dan perlakuan orang tua. Faktor fisiologis yaitu adanya perbedaan hormon sex (laki-laki = testosteron, dan perempuan = progestosteron). Hormon tersebut memiliki cirri yang berbeda, sehingga anak laki-laki cenderung agresif dan berani, sedangkan anak perempuan cenderung bersikap lemah lembut dan tidak begitu agresif sesuai dengan karakteristik hormon sex masing-masing.
d. Usia/umur
Dari rentangan usia yang banyak mengalami penyimpangan perilaku yaitu antara usia 12 samapi dengan 18 tahun (remaja awal dan remaja akhir). Pada usia tersebut, kecenderungan untuk berperilaku menyimpang sangat tinggi, karena merupakan usia peralihan (masa transisi), masa kelahiran baru, masa panca roba, atau masa mencari identitas diri.
2. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal yaitu factor penyebab yang bersumber dari lingkungan. Baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas.
a. Lingkungan Keluarga.
Faktor penyebab yang berasal dari lingkungan keluarga yaitu situasi dan kondisi ekonomi, social-psikologis, sikap dan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya.
a.1. Kondisi Sosial Ekonomi.
Kondisi social-ekonomi dalam hal ini, keadaan atau taraf kehidupan ekonomi yang terbatas dan berlebihan pada keluarga. Kondisi ekonomi yang terbatas (prasejahtera) kurang/tidak mampu memenuhi kehidupan hidup anggota keluarga secara wajar. Maka anak cenderung untuk memenuhi kebutuhannya di luar lingkungan keluarga dengan berbagai cara, misalnya mencuri dan berdusta.
Sebaliknya, kondisi ekonomi keluarga yang berlebihan (super-sejahtera) maka segala kebutuhan akan selalu terpenuhi. Baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan lux, bahkan benda dan jasa yang tidak penting diperolehnya, misalnya obat-obat terlarang. Dengan kata lain, dengan banyaknya uang akan mendorong anak untuk disalah gunakan untuk berperilaku menyimpang.
a.2. Broken Home.
Kondisi dan situasi keluarga yang tidak harmonis, acak-acakan akan berpengaruh yang tidak baik terhadap perkembangan jiwa anak. Dengan tidak utuhnya orang tua, maka anak kehilangan pola dan acuan berperilaku, kehilangan kasih saying dan perhatian. Sedangkan orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama, dan tempat pertaman dan utama untuk memperolah perhatian dan kasih sayang.
a.3. Sikap dan perlakuan orang tua.
Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya yang tidak tepat, seperti : over protection, rejecktion, otoriter dan lezisper.
Pada suatu saat, ia akan dituntut oleh lingkungan untuk hidup mandiri, tidak biasa atau tidak mampu, maka akhirnya tumbuh perasaan cemas, tidak percaya diri, was-was, perasaan takut dalam menghadapi masalah kehidupan. Perasaan cemas yang terus menerus akan memberikan dampak pada perilaku, yaitu berperilaku menyimpang.
a.4. Kedudukan anak dalam keluarga
Sebenarnya hal ini terjadi ada hubungannya dengan sikap dan perlakuan orang tua yang cenderung terlalu memanjakan dan melindungi. Sehingga anak tersebut tidak dapat hidup mandiri, kurang kreatif, dan inisiatif. Pada saat tertentu anak harus hidup dengan lingkungan yang luas dan kompleks, sehingga anak ini tidak dapat menyesuaikan diri secara baik.
b. Lingkungan Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tetapi dalam proses pendidikan di sekolah tersebut tidak sedikit hal-hal yang tidak menunjang atau menghambat perkembangan anak, di antaranya :
1.      Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuan anak.
2.      Peraturan atau tata tertib disiplin yang kaku, tidak ada keseragaman dalam pengawasannya, dan tidak konsekwen apabila terjadi pelanggaran.
3.      Sikap guru yang otoriter, lazisper, over protection dan rejection.
4.      Ketidak mampuan guru dalam mengajar (penguasaan materi maupun didaktik-metodiknya) dalam mengelola kelas.
5.  Lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan dan terbatasnya sarana untuk mengembangkan kreatifitas.
6.      Letak sekolah yang kurang baik, dekat tempat yang ramai/bising seperti : pasar, terminal, bioskop, dsb.
c. Lingkungan Masyarakat.
Anak dalam perkembangannya lebih banyak menerima pengaruh dari pada memberikan pengaruh dalam berperilaku social, dan masih bersifat “imitative buta” atau meniru tanpa seleksi. Sehingga apabila dihadapkan pada lingkungan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap perkembangan prilaku anak, diantaranya :
1.      Pengaruh teman sepermainan yang bereputasi tidak baik seperti : teman yang suka mencuri, bolos dari sekolah, berjudi, menyalah gunakan obat-obat terlarang, dsb.
2.  Pengaruh media massa, seperti : film, TV, majalah, komik, dan iklan yang menampilkan/menayangkan hal-hal yang tidak mendidik, pulgar, porno, dan kekerasan.
3.       Kurangnya pembinaan hidup beragama
4.      Kurangnya fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti tempat olah raga, taman hiburan yang sehat, tidak ada organisasi untuk penyaluran bakat dan minat anak.
5.      Kurangnya pengawasan aktifitas anak dari masyarakat.

B.     Menurut pendapat ahli
Kaufman dalam Sunardi (1995) mengelompokkan penyebab ketunalarasan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, biologis dan sekolah.
1) Faktor Keluarga: dijelaskan ada beberapa faktor yang sangat rawan terhadap ketunalarasan seperti perceraian, tidak adanya ayah di rumah, hubungan dalam keluarga yang tegang, saling bermusuhan, dan kondisi sosial ekonomi yang rendah.
2) Faktor Biologis: yaitu adanya kelainan genetik, temperamen, gegar otak, kekurangan gizi atau salah makan, penyakit atau cacat tubuh.
3) Faktor sekolah: yaitu karena tidak sensitif terhadap kepribadian anak, harapan yang tidak wajar, pengelolaan yang tidak konsisten, pengajaran keterampilan yang tidak relevan atau nonfungsional, pola pemberian imbalan (reinforcement) yang keliru, model / contoh yang tidak baik.
 BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anak tuna laras adalah anak yang emosi dan perilakunya tidak berkembang sebagaimana mestinya, mereka sering melakukan perbuatan menyimpang sehingga membuat masyarakat sangat terganggu dengan tingkah lakunya. Dua factor penyebab utama ketunalarasan yaitu factor internal dan external. Dan ada juga yang mengelompokkan menjadi tiga, seperti oleh Kauffman (1985). Klasifikasi dibuat oleh Kauffman (1985), menurut Kauffman penyebab ketunalarasan dibagi menjadi tiga, yaitu factor keluarga, factor biologis, dan factor sekolah.
Dari sekian uraian mengenai faktor penyebab ketunalarasan ternyata tidak ditemukan penyebab tunggal dari ketunalarasan. Ketunalarasan disebabkan oleh banyak faktor yang saling berinteraksi antara penyebab yang satu dengan yang lainnya.

B.     Saran
Saya menyarankan orang tua atau guru harus bisa mendeteksi dini jika anaknya mengalami hambatan, hal ini bertujuan agar kelainan yang dialami anak tidak  berkembang atau bertambah parah. Serta orang tua dan guru juga mendeteksi dari penyebab ketunalarasan sesuai dengan teori.









Daftar Pustaka

-         Sunardi (1995). ORTOPEDAGOGIK ANAK TUNALARAS 1. Surakarta: Dikdasmen

-          http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983011-ATANG_SETIAWAN/PENDIDIKAN_ATL/BUKU_ATL_1.pdf

No comments:

Post a Comment