MAKALAH TUNALARAS
PENYEBAB
KETUNALARASAN
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik Anak dengan
Gangguan Emosi dan Perilaku yang diampu oleh Drs.
Hermawan, M.Si
Disusun oleh :
ARDIN CAHYO SAPUTRO
NIM : K5112009
PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
A. Penyebab pandangan umum....................................................................................
2
B. Menurut pendapat ahli............................................................................................
5
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................ 6
A. Kesimpulan............................................................................................................
6
B. Saran......................................................................................................................
6
Daftar
Pustaka ......................................................................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Penyimpangan perilaku adalah tingkah laku yang dimiliki
seseorang dimana sikap yang ia miliki tidak sewajarnya atau pun berbeda pada
mestinya. Seperti kita ketahui, Tunalaras adalah individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras
biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Dalam
pengklasifikasian penyebab penyimpangan prilaku (ketunalarasan) para ahli
sampai saat ini belum ada keseragaman.
Sehingga ada yang mengelompokkan menjadi dua
factor penyebab utama yaitu factor internal dan external. Dan ada juga yang
mengelompokkan menjadi tiga, seperti oleh Kauffman (1985). Klasifikasi dibuat oleh Kauffman
(1985), menurut Kauffman penyebab ketunalarasan dibagi menjadi tiga, yaitu
factor keluarga, factor biologis, dan factor sekolah.
Dalam makalah ini menjelaskan penyebab utama ketunalarasan yaitu factor
internal dan factor eksternal, serta penyebab ketunalarasan menurut Kauffman.
B.
Rumusan
masalah
-
Apa saja faktor-faktor penyebab
ketunalarasan?
-
Apa saja yang mempengaruhi
ketunalarasan?
C.
Tujuan
Tujuan
umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ortopedagogik Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku”.
Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui factor – factor yang
menyebabkan seseorang mengalami ketunalarasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Penyebab Ketunalarasan
A. Penyebab
Pandangan Umum
Klasifikasi
yang umum digunakan dilingkungan pendidikan departemen social, kepolisisn
maupun kehakiman yaitu memandang penyebab ketunalarasan dari factor internal
dan eksternal.
1.
Faktor Internal
Faktor
internal yaitu factor penyebab yang berasal dari diri individu (anak). Seperti
kondisi: inteligensi/kecerdasan, fifik , fisiologis, jenis kelamin, usia/umur,
dan kondisi emosi.
a.
Intelegensi
Anak yang memiliki kecerdasan si bawah
rata-rata kurang memahami nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya, kurang
memahami aturan dan petujuk, sehingga sering berprilaku menyimpang.
b.
Kondisi Fisik
Kelengkapan jasmani/fisik merupakan hal
penting untuk melakukan aktifitas hidup. Untuk menutupi kekurangan/kelemahan
tersebut cenderung memiliki sikap dan prilaku yang tidak diharapkan, berprilaku
negatif ( berprilaku konpensasi) dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dan
menutupi kekurangan pada dirinya. Misalkan mudah tersinggung, marah, curiga
pada orang lain,mengganggu orang lain, dan sebagainya.
c.
Jenis kelamin
Hal ini kemungkinan dua sebab, yaitu
karena factor fisiologis, sikap dan perlakuan orang tua. Faktor fisiologis
yaitu adanya perbedaan hormon sex (laki-laki = testosteron, dan perempuan =
progestosteron). Hormon tersebut memiliki cirri yang berbeda, sehingga anak
laki-laki cenderung agresif dan berani, sedangkan anak perempuan cenderung
bersikap lemah lembut dan tidak begitu agresif sesuai dengan karakteristik
hormon sex masing-masing.
d.
Usia/umur
Dari rentangan usia yang banyak
mengalami penyimpangan perilaku yaitu antara usia 12 samapi dengan 18 tahun
(remaja awal dan remaja akhir). Pada usia tersebut, kecenderungan untuk
berperilaku menyimpang sangat tinggi, karena merupakan usia peralihan (masa
transisi), masa kelahiran baru, masa panca roba, atau masa mencari identitas
diri.
2.
Faktor Eksternal.
Faktor
eksternal yaitu factor penyebab yang bersumber dari lingkungan. Baik keluarga,
sekolah, maupun masyarakat luas.
a.
Lingkungan Keluarga.
Faktor penyebab yang berasal dari
lingkungan keluarga yaitu situasi dan kondisi ekonomi, social-psikologis, sikap
dan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya.
a.1. Kondisi Sosial
Ekonomi.
Kondisi social-ekonomi dalam hal ini,
keadaan atau taraf kehidupan ekonomi yang terbatas dan berlebihan pada
keluarga. Kondisi ekonomi yang terbatas (prasejahtera) kurang/tidak mampu
memenuhi kehidupan hidup anggota keluarga secara wajar. Maka anak cenderung
untuk memenuhi kebutuhannya di luar lingkungan keluarga dengan berbagai cara,
misalnya mencuri dan berdusta.
Sebaliknya, kondisi ekonomi keluarga
yang berlebihan (super-sejahtera) maka segala kebutuhan akan selalu terpenuhi.
Baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan lux, bahkan benda dan jasa yang
tidak penting diperolehnya, misalnya obat-obat terlarang. Dengan kata lain,
dengan banyaknya uang akan mendorong anak untuk disalah gunakan untuk
berperilaku menyimpang.
a.2. Broken Home.
Kondisi dan situasi keluarga yang tidak
harmonis, acak-acakan akan berpengaruh yang tidak baik terhadap perkembangan
jiwa anak. Dengan tidak utuhnya orang tua, maka anak kehilangan pola dan acuan
berperilaku, kehilangan kasih saying dan perhatian. Sedangkan orang tua merupakan
pendidik yang pertama dan utama, dan tempat pertaman dan utama untuk memperolah
perhatian dan kasih sayang.
a.3. Sikap dan
perlakuan orang tua.
Sikap dan perlakuan orang tua terhadap
anak-anaknya yang tidak tepat, seperti : over protection, rejecktion, otoriter
dan lezisper.
Pada suatu saat, ia akan dituntut oleh
lingkungan untuk hidup mandiri, tidak biasa atau tidak mampu, maka akhirnya
tumbuh perasaan cemas, tidak percaya diri, was-was, perasaan takut dalam
menghadapi masalah kehidupan. Perasaan cemas yang terus menerus akan memberikan
dampak pada perilaku, yaitu berperilaku menyimpang.
a.4. Kedudukan anak
dalam keluarga
Sebenarnya hal ini terjadi ada
hubungannya dengan sikap dan perlakuan orang tua yang cenderung terlalu
memanjakan dan melindungi. Sehingga anak tersebut tidak dapat hidup mandiri,
kurang kreatif, dan inisiatif. Pada saat tertentu anak harus hidup dengan
lingkungan yang luas dan kompleks, sehingga anak ini tidak dapat menyesuaikan
diri secara baik.
b.
Lingkungan Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi
anak untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tetapi dalam
proses pendidikan di sekolah tersebut tidak sedikit hal-hal yang tidak
menunjang atau menghambat perkembangan anak, di antaranya :
1. Kurikulum
yang tidak sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuan anak.
2. Peraturan
atau tata tertib disiplin yang kaku, tidak ada keseragaman dalam pengawasannya,
dan tidak konsekwen apabila terjadi pelanggaran.
3. Sikap
guru yang otoriter, lazisper, over protection dan rejection.
4. Ketidak
mampuan guru dalam mengajar (penguasaan materi maupun didaktik-metodiknya)
dalam mengelola kelas.
5. Lingkungan
sekolah yang tidak menyenangkan dan terbatasnya sarana untuk mengembangkan
kreatifitas.
6. Letak
sekolah yang kurang baik, dekat tempat yang ramai/bising seperti : pasar,
terminal, bioskop, dsb.
c.
Lingkungan Masyarakat.
Anak dalam perkembangannya lebih banyak
menerima pengaruh dari pada memberikan pengaruh dalam berperilaku social, dan
masih bersifat “imitative buta” atau meniru tanpa seleksi. Sehingga apabila
dihadapkan pada lingkungan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap
perkembangan prilaku anak, diantaranya :
1. Pengaruh
teman sepermainan yang bereputasi tidak baik seperti : teman yang suka mencuri,
bolos dari sekolah, berjudi, menyalah gunakan obat-obat terlarang, dsb.
2. Pengaruh
media massa, seperti : film, TV, majalah, komik, dan iklan yang
menampilkan/menayangkan hal-hal yang tidak mendidik, pulgar, porno, dan
kekerasan.
3. Kurangnya pembinaan hidup beragama
4. Kurangnya
fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti tempat olah raga, taman hiburan yang
sehat, tidak ada organisasi untuk penyaluran bakat dan minat anak.
5. Kurangnya
pengawasan aktifitas anak dari masyarakat.
B. Menurut
pendapat ahli
Kaufman
dalam Sunardi (1995) mengelompokkan penyebab ketunalarasan menjadi tiga, yaitu
faktor keluarga, biologis dan sekolah.
1)
Faktor Keluarga: dijelaskan ada beberapa faktor yang sangat rawan terhadap
ketunalarasan seperti perceraian, tidak adanya ayah di rumah, hubungan dalam
keluarga yang tegang, saling bermusuhan, dan kondisi sosial ekonomi yang
rendah.
2)
Faktor Biologis: yaitu adanya kelainan genetik, temperamen, gegar otak,
kekurangan gizi atau salah makan, penyakit atau cacat tubuh.
3)
Faktor sekolah: yaitu karena tidak sensitif terhadap kepribadian anak, harapan
yang tidak wajar, pengelolaan yang tidak konsisten, pengajaran keterampilan
yang tidak relevan atau nonfungsional, pola pemberian imbalan (reinforcement)
yang keliru, model / contoh yang tidak baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak
tuna laras adalah anak yang emosi dan perilakunya tidak berkembang sebagaimana
mestinya, mereka sering melakukan perbuatan menyimpang sehingga membuat
masyarakat sangat terganggu dengan tingkah lakunya. Dua factor penyebab
utama ketunalarasan yaitu factor internal dan external. Dan ada juga yang
mengelompokkan menjadi tiga, seperti oleh Kauffman (1985). Klasifikasi dibuat oleh Kauffman
(1985), menurut Kauffman penyebab ketunalarasan dibagi menjadi tiga, yaitu
factor keluarga, factor biologis, dan factor sekolah.
Dari sekian uraian mengenai faktor penyebab
ketunalarasan ternyata tidak ditemukan penyebab tunggal dari ketunalarasan.
Ketunalarasan disebabkan oleh banyak faktor yang saling berinteraksi antara
penyebab yang satu dengan yang lainnya.
B.
Saran
Saya
menyarankan orang tua atau guru harus bisa mendeteksi dini jika anaknya
mengalami hambatan, hal ini bertujuan agar kelainan yang dialami anak
tidak berkembang atau bertambah parah. Serta orang tua dan guru juga
mendeteksi dari penyebab ketunalarasan sesuai dengan teori.
Daftar
Pustaka
-
Sunardi
(1995). ORTOPEDAGOGIK ANAK TUNALARAS 1. Surakarta: Dikdasmen
-
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983011-ATANG_SETIAWAN/PENDIDIKAN_ATL/BUKU_ATL_1.pdf
No comments:
Post a Comment