suatu yang tidak akan saya bisa hidup seperti sampai saat ini, selalu terinspirasi oleh pengalaman

Wednesday 25 September 2013

makalah PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN


MAKALAH TUNANETRA
PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik Anak Dengan Gangguan Penglihatan yang diampu oleh Sugini, S.Pd, M.Pd

                                                                                                                        












Disusun oleh :
ARDIN CAHYO SAPUTRO
NIM : K5112009


PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .................................................................................... 1
B.     Tujuan .................................................................................................. 2
C.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Pembelajaran............................................................................. 3
B.     Media / Alat Bantu Pembelajaran......................................................... 5
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR PUSATAKA................................................................................... 8











BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Anak dengan gangguan penglihatan atau biasa disebut anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua – duanya) tidak bergfungsi sebagai sebagaimana saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari – hari seperti halnya orang awas (Sutjihati Somantri, 1996).
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa.
Terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Tetapi sekarang banyak Anak Tunanetra yang tidak mendapat pelayanan pendidikan yang kurang tepat dan bahkan mereka tidak diterima di sekolah yang inklusi atau sekolah umum dengan alasan tidak bisa memberikan layanan pendidikan dan tidak bisa memberikan fasilitas yang memadai untuk anak tunanetra. Anak tunanetra seharusnya mendapat media dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya penilaian secara berkala mengenai pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus terutama tunanetra, termasuk di dalamnya memahami kebutuhan siswa tunanetra. Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya akan penulis bahas dalam materi pembahasan di bawah ini dengan judul PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN.

B.               Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1.      Bagaimana perbandingan metode pembelajaran Anak Tunanetra dengan pembelajaran di SLB YKAB Surakarta?
2.      Bagaimana perbandingan media/alat pembelajaran Anak Tunanetra dengan pembelajaran di SLB YKAB Surakarta?

C.   Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas makalah individu mata kuliah Ortopedagogik Anak dengan Gangguan Penglihatan.
2.      Untuk mengetahui metode dan media pembelajaran anak dengan gangguan penglihatan.
3.      Untuk mengetahui perbandingan antara metode dan media pembelajaran dalam teori dan pada kenyataan di lapangan.
4.      Memberikan referensi bagi mahasiswa Pendidikan Luar Biasa berkaitan dengan proses pembelajaran dan media atau alat bantu yang dapat digunakan anak dengan gangguan penglihatan atau tunanetra dalam pencapaian prestasi pendidikan yang optimal.





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Proses Pembelajaran

Metode-metode pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga variasi metode pengajaran  bertambah. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk siswa tunanetra hampir sama dengan siswa normal, hanya yang membedakan ialah adanya beberapa modifikasi dalam pelaksanaannya, sehingga para tunanetra mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang bisa mereka ikuti dengan pendengaran ataupun perabaan. Di bawah ini, ada beberapa metode yang dapat di laksanakan dengan menggunakan fungsi pendengaran dan perabaan, tanpa harus menggunakan penglihatan.
Rafik (http://rafikgadogado.wordpress.com/2011/09/18/media-pembelajaran-bagi-tunanetra-2/ , 2011) yaitu menerapkan beberapa metode pengajaran atau metode pembelajaran secara seperti berikut :
1.        Metode Ceramah, ialah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai dengan jumlah siswa lebih dari satu atau dalam kelas reguler.
2.        Metode Tanya – Jawab, ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.
3.        Metode diskusi adalah salah satu alternatif metode yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.
4.        Metode Sorogan, dengan adanya bimbingan langsung dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung sejauhmana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pelajaran.
5.        Metode Bandongan, dengan cara semua siswa mengahadap guru, kemudian guru membacakan dan menerangkan materi pelajaran, sementara siswa mendengarkan dan mencoba memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
6.        Metode Drill atau latihan adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.
Metode-metode tersebut sesuai dengan kenyataannya di SLB YKAB Surakarta disana guru-guru dalam memberikan pembelajaran menggunakan metode-metode tersebut. Pada saat pembelajaran IPS guru menggunakan metode drill, awalnya guru menerangkan materi yang terkait dengan peta dan globe misalnya daratan dan lautan. Guru menjelaskan pengertian dan anak disuruh mengeksplore sendiri dengan meraba permukaan peta timbul, tetapi guru tidak bertanya kepada murid sebagai evaluasi pembelajaran sehingga guru tidak mengerti konsep apa yang sudah dipahami anak dan konsep apa yang belum dipahami anak. Hal ini karena guru hanya menjelaskan dan menggunakan metode ceramah yang terlalu banyak. Ada juga guru di SLB YKAB Surakarta mengajar menggunakan metode Sorogan dan Tanya jawab hal ini dibuktikan dengan guru menyampaikan secara langsung materi pelajaran kepada siswa dan guru mengadakan evaluasi berupa tanya – jawab dengan siswa berkaitan denagn materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga guru dapat mengetahui langsung sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran yang disampaikan.





B.       Media / Alat Bantu Pembelajaran
Selain menerapkan berbagai metode pengajaran dan penciptaan suasana pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan efektif, guru di SLB YKAB Surakarta juga menggunakan media atau alat bantu pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran. Media atau alat bantu pelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Menurut Surakhmad (1986 :75), bahwa metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang akan dicapai John D. Latuheru (1988 : 14) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar). Selanjutnya Suharsimi Arikunto (1987 : 16) mengemukakan bahwa media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas serta efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin.
Pemilihan media pembelajaran juga harus memperhatikan kondisi siswa sebagai subjek pembelajaran. Pemilihan media belajar harus disesuaikan dengan kondisi siswanya. Misalnya ketika menggunakan media peta timbul yang  digunakan siswa untuk mengenal konsep ruang yang dijelaskan dalam pelajaran sejarah, dimungkinkan siswa akan mengalami kesulitan memahami pelajaran sejarah tersebut melalui cerita. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan daya konsentrasi dan ketertarikan siswa tersebut. Pada saat siswa tunanetra meraba peta timbul dan menerima sensasi raba, siswa diharapkan akan lebih memahami pelajaran yang diberikan, karena mereka telah mengalami perabaan pada media tersebut. Pengalaman tersebut akan lebih mudah tersimpan dalam memori siswa tunanetra. Sehingga dengan media peta timbul ini akan meningkatkan ketertarikan siswa pada pelajarannya. Lebih jauh lagi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan pelajaran lainnya, diharapkan guru bisa memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Kesesuaian media pembelajaran dan materi pelajaran diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan beberapa media pembelajaran IPS yang sudah tepat dilakukan oleh guru di SLB YKAB misalnya dapat memudahkan pemahaman siswa dalam mengabstraksi materi pembelajaran yang disampaikan. Seperti yang dicontohkan pada praktik proses pembelajaran di YKAB pada siswa kelas III Sekolah Dasar YKAB Surakarta dengan materi pelajaran “Permukaan Bumi”, contoh media: Teks atau buku pelajaran IPS tentang “Permukaan Bumi”, Globe biasa, Globe timbul, Peta timbul (adanya keterangan yang ditulis dengan huruf Braille)
Berdasarkan teori maupun yang ada dilapangan, media yang digunakan untuk Anak Tuna Netra lebih spesifik atau lebih mengutamakan media yang bisa mereka raba guna menyamakan persepsi mereka. Jadi, proses pembelajaran di SLB YKAB Surakarta telah menerapkan teori proses pembelajaran baik.










BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penyandang cacat dalam hal ini tunanetra memiliki kebutuhan khusus dalam segi pendidikanya. Kita tidak dapat menyamakan mereka yang memiliki kebutuhan khusus dengan mereka yang normal. Materi yang diajarkan mungkin sama, namun media dan proses yang harus disesuaikan dengan situasi kondisi mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Berdasarkan teori dan media/alat pembelajaran sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu di SLB YKAB Surakarta bahwa metode-metode dan media pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di SLB tersebut. Media pembelajaran yang digunakan juga sudah cukup efektif bagi pembelajaran anak Tunanetra. Misalanya media pembelajaran  memudahkan siswa dalam memahami dan menanamkan konsep materi pembelajaran kepada siswa tunanetra.









DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment